Ketika bersyukur sering terabaikan...
Capek, suatu kata yang tidak sadar sering terucap. Entah capek karena jenuh atau memang lelah dengan keadaan yang dihadapi.
Saya terkadang terusik dengan kata-kata capek dan mengeluh. Padahal sendirinya masih seperti itu, mengeluh dan capek. Tapi ketika saya melakukan hal itu lagi dan lagi, saya ingat!Wooooi saya harus bersyukur atas apa yang telah saya jalani selama hidup ini. Saya mesti bersyukur atas semuanya, entah itu rasa gembira, sedih, ragu, kasihan, galau dsb.
Saya merasa risih ketika keluhan itu muncul di social media. Hidup mereka itu sudah WoW, dan WoW tolong lihat ke bawah anda dong sekali-sekali. Jika terus mendongak bakal tengengan (bahasa jawa, indonya pegel mungkin..hehe) lhooo.
Pastinya, saya sering mengkhawatirkan apa yang bakal terjadi ke depannya. Tetapi telinga ini sering mendengar ocehan bahwa jangan terlalu merisaukan masa depanmu. Tuh yang ada diurusin dulu. Usaha dan doa yang maksimal. Nanti hasilnya tergantung deh sama rejeki yang diberikan oleh Allah SWT. Dan kalimat-kalimat ini menjadi motivator saya ketika rasa itu datang.
Dan saya sadar kalau bersyukur itu indah.
Moment bersyukur sering diabaikan ini terjadi ketika saya sedang bekerja sebagai jobseeker. Fresh graduate asli dan belum ada pengalaman kerja sama sekali. Pengalaman kerja sama saya alami saat tenggelam di organisasi kampus. Ketika dimarahin, tidak dihargai, disindir pernah dihadapi. Baiknya adalah saya mendapat banyak pengalaman bersama teman-teman tersayang, EKSIS 2008 dan antek-anteng dari angkatan lain. Back to the topic...
Menganggur dan menunggu itu suatu kegiatan klop yang bikin hati galau. Ketika wisuda sudah dijalani, dan moment-moment mencari kerja datang, itu adalah sesuatu.
Ada teman saya, menurut saya dia itu hebat, pintar, dan sudah banyak pengalaman dalam hal melamar pekerjaan. Pengalaman dalam psikotest, interview, group discussion, dan semacam iu dia sudah lewati. Sayangnya, dia selalu minder dengan apa yang didapat. Dia tidak percaya diri. Ingin saya teriak pake toak, Woooooi tidak semua orang semujur dirimu yang selalu dapat panggilan dan lolos. Yah walaupun memang menyakitkan ketika kita sudah terseok-seok lolos dan diundang sampai pabriknya, tetapi ternyata setelah test dinyatakan gagal. Dari awal saya mengenalnya, saya selalu gemes melihatnya ketika dia mengeluh dan merasa dirinya itu bukan apa-apa. Dan lagi-lagi hal ini dikarenakan kurang bersyukur kah??
Saya pernah berpikir, mungkin seseorang akan berubah menjadi baik ketika bertemu orang yang dicintainya??
NB: Jika terdapat kesamaan karakter, cerita, dkk, Ah itu hanya perasaan anda saja :)
Saya terkadang terusik dengan kata-kata capek dan mengeluh. Padahal sendirinya masih seperti itu, mengeluh dan capek. Tapi ketika saya melakukan hal itu lagi dan lagi, saya ingat!Wooooi saya harus bersyukur atas apa yang telah saya jalani selama hidup ini. Saya mesti bersyukur atas semuanya, entah itu rasa gembira, sedih, ragu, kasihan, galau dsb.
Saya merasa risih ketika keluhan itu muncul di social media. Hidup mereka itu sudah WoW, dan WoW tolong lihat ke bawah anda dong sekali-sekali. Jika terus mendongak bakal tengengan (bahasa jawa, indonya pegel mungkin..hehe) lhooo.
Pastinya, saya sering mengkhawatirkan apa yang bakal terjadi ke depannya. Tetapi telinga ini sering mendengar ocehan bahwa jangan terlalu merisaukan masa depanmu. Tuh yang ada diurusin dulu. Usaha dan doa yang maksimal. Nanti hasilnya tergantung deh sama rejeki yang diberikan oleh Allah SWT. Dan kalimat-kalimat ini menjadi motivator saya ketika rasa itu datang.
Dan saya sadar kalau bersyukur itu indah.
Moment bersyukur sering diabaikan ini terjadi ketika saya sedang bekerja sebagai jobseeker. Fresh graduate asli dan belum ada pengalaman kerja sama sekali. Pengalaman kerja sama saya alami saat tenggelam di organisasi kampus. Ketika dimarahin, tidak dihargai, disindir pernah dihadapi. Baiknya adalah saya mendapat banyak pengalaman bersama teman-teman tersayang, EKSIS 2008 dan antek-anteng dari angkatan lain. Back to the topic...
Menganggur dan menunggu itu suatu kegiatan klop yang bikin hati galau. Ketika wisuda sudah dijalani, dan moment-moment mencari kerja datang, itu adalah sesuatu.
Ada teman saya, menurut saya dia itu hebat, pintar, dan sudah banyak pengalaman dalam hal melamar pekerjaan. Pengalaman dalam psikotest, interview, group discussion, dan semacam iu dia sudah lewati. Sayangnya, dia selalu minder dengan apa yang didapat. Dia tidak percaya diri. Ingin saya teriak pake toak, Woooooi tidak semua orang semujur dirimu yang selalu dapat panggilan dan lolos. Yah walaupun memang menyakitkan ketika kita sudah terseok-seok lolos dan diundang sampai pabriknya, tetapi ternyata setelah test dinyatakan gagal. Dari awal saya mengenalnya, saya selalu gemes melihatnya ketika dia mengeluh dan merasa dirinya itu bukan apa-apa. Dan lagi-lagi hal ini dikarenakan kurang bersyukur kah??
Saya pernah berpikir, mungkin seseorang akan berubah menjadi baik ketika bertemu orang yang dicintainya??
NB: Jika terdapat kesamaan karakter, cerita, dkk, Ah itu hanya perasaan anda saja :)
Komentar
Posting Komentar